Learning Models

Model Pembelajaran

Hai teman-teman,,,,
Aku mau sedikit berbagi nih tentang beberapa model pembelajran yang sudah aku dapatkan di semester 5 ini. Model pembelajarannya ada Class discussion, guided discovery and the last is Problem based instruction..
Untuk tahu lebih banyak, ayooo baca lebih banyak ,,,

A.   Class discussion atau Diskusi kelas

Diskusi bukanlah sebuah model pembelajaran sepenuhnya melainkan prosedur mengajar yang merupakan bagian krusial dari hampir semua model pengajaran. Diskusi ddigunakan oleh guru untuk mencapai paling tidak tiga tujuan instruksional penting, diantaranya:
1.       Diskusi meningkatkan kemmapuan berpikir siswa dan membantu mereka merekonstruksi pengetahuan mereka sendiri tentang isi akademik. Memberi tahu siswa tentang sesuatu tidak secara otomatis membuat mereka paham. Mendiskusikan sebuah topik memperkuat dan memperluas  pengetahuannya tentang topik itu dan meningkatkan kemampuannya untuk memikirkan tentang hal itu.
2.       Diskusi meningkatkan keterlibatan dan engagement siswa. Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran sejati trejadi ketika siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan tdak sepenuhnya berganutng pada guru. Diskusi memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara dan memainkan ide-ide mereka sendiri di depan umum dan memberikan motivasi untuk terlibat di dalam kelas.
3.       Diskusi untuk melatih keterampilan komunikasi dan proses berpikir. Oleh karena diskusi bersifat publik, ia akan memberikan sarana bagi guru untuk mencari tahu apa yang dipikirkan oleh siswa dan bagaimana mereka memproses ide dan informasi yang diajarkan. Dengan demikian, diskusi memberikan lingkup sosial bagi guru yang dapat membantu siswa menganalisis berbagai proses berpikir dan mempelajari berbagai keterampilan komunikasi penting seperti menyatakan ide-ide dengan jelas, mendengarkan orang lain, merespon orang lain dengan cara yang baik, dan mengajukan pertanyaan dengan baik.

Merencanakan Diskusi

merencanakan sebuah diskusi membutuhkan usaha perencanaan yang sama banyaknya dengan model atau tipe pembelajaran yang lain. meskipun spontanitas dan fleksibelitas penting dalam diskusi, perencanaan sebelumnya yang telah dibuat oleh gurulah yang membuat fitur-fitur yang diharapkan menjadi mungkin. 

Melaksanakan Diskusi

 agar diskusi kelas sukses, beberapa keterampilan komunikasi dan interaksi yang agak sophisticated  dibutuhkan baik di pihak guru maupun siswa. juga dibutuhkan  norma-norma yang mendukung pertukaran terbuka dan sikap saling menghormati. Sintaksis untuk kebanyakan diskusi terdiri dari 5 fase, di antaranya: 
  1. establishing set dan memfokuskan diskusi. diskusi yang efektif, seperti halnya demosntrasi yang efektif, memiliki fokus yang jelas dan to the point. Pada awal diskusi, guru harus menjelaskan maksud diskusi dan membuat siswa siap untuk berpartisipasi. guru juga harus menyuguhkan pertanyaan tertentu, memunculkan isu yang sesuai atau menyodorkan sebuah situasi membingungkan yang terkait dengan topik itu. menyebutkan pertanyaan atau isu fokus dengan jelas adalah salah satu cara kunci untuk memulai diskusi yang baik. cara lainnya adalah establishing set dan membangkitkan minta siswa untuk mengaitkan apersepsi denganpengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki siswa.
  2. memfokuskan belajar. guru memberikan fokus untuk diskusi dengan mendiskripsikan peraturan dasarnya, mengajukan pertanyaan awal atau mendeskripsikan sebuah isu diskusi.
  3. mengendalikan diskusi. ketika diskusi seluruh siswa berjalan, banyak keadaan yang dapat membuatnya keluar jalur. guru adalah pemimpin diskusi dan pemimpin diskusi yang baik adalah menghargai setiap ucapan siswa yang keluar jalur dan kemudian memfokuskan kembali perhatian sisswa ke topik yang didiskusikan. tugas seorang guru ketika diskusi berjalan adalah mencatat diskusi, mendengarkan seluruh ide-ide siswa, menggunakan wait time (jeda waktu antara pertanyaan guru dan jawaban siswa atau pertanyaan satu siswa dengan jawaban siswa lain atau tanggapan siswa terhadap jawaban), merespons jawaban, ide dan pendapat siswa
  4. mengakhiri diskusi, seperti model pembelajaran yang lain, diskusi perlu diakhiri dengan baik. guru-guru efektif melakukannya dengan berbagai cara. di beberapa kasus mereka mungkin memeilih untuk merangkumnya menjadi beberapa kalimat yang telah dikemukakan dalam diskusi dan mencoba mempersatukan berbagai ide atau mengaitkannya dengan topik yang lebih besar yang sedang dikaji. dalam kasus lain, guru ingin menutup diskusi dengan presentasi singkat yang menyoroti informais baru atau baru saja yang dipelajari.
  5. debriefing. dari waktu ke waktu, diskusi mestinya di-debriefed. di sini, fokusnya bukan pada isi diskusinya tapi pada bagaimana diskusi itu berjalan. untuk melaksanakan debriefing yang sukses, guru harus mengajarkan kepada siswa tentang diskusi itu sendiri dengan debriefing dan kemudian melontarkan pertanyaan seperti "bagaimana pendapatmu tentang diskusi kita hari ini ?"
contoh tipe-tipe diskusi: 
  1. tipe TPS 
  2. Buzz group
  3. beach ball

B.   Pembelajaran berbasis masalah atau problem based instruction 

peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan dan memfasilitasi investigasi dan dialog. hal yang terpenting guru menyediakan scaffolding yang dapat meningkatkan penyelidikan dan pertumbuhan intelektual. esensinya pembelajaran berbasis masalah ini adalah guru menyediakan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. 

PBL tidak dirancang untuk membantu guru menyampaikan informasi dalam jumlah yang besar kepada siswa. pengajaran langsung dan ceramah lebih cocok untuk maksud ini. PBL dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan intelektual, mempelajari peran-peran orang dewasa serta menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. 
  1. keterampilan berpikir dan menyelesaikan masalah. berpikir adalah sebuah proses yang melibatkan operasi-operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi dan penalaran. selain itu berpikir adalah sebuah representasi secara simbolis berbagai objek dan kejadian riil untuk menemukan prinsip-prinsip esensial objek dan kejadian tersebut. definisi lainnya menyatakan berpikir adalah kemampuan untuk menganalisi, mengkritik dan membuat simpulan berdasarkan inferensi atau judgment yang baik.
  2. meniru peran orang dewasa. meniru peran orang dewasa. PBL juga bermaksud membantu siswa untuk perform di berbagai situasi kehidupan nyata dan mempelajari peran orang dewasa.
  3. independent learning. PBL berusaha membantu siswa untuk menjadi pembelajar yang independent dan self-regulated. dibimbing oleh guru yang senantiasa memberi semangat dan reward ketika mereka mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri solusi untuk berbagai masalah rill, kelak siswa belajar untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri. 
    PBL biasanya terdiri dari 5 fase utama yang dimulai dengan guru yang mengarahkan siswa ke sebuah situasi yang bermasalah dan berpuncak pada presentasi dan analisis hasil kerja siswa dan berbagai artefak. berbeda dengan lingkungan belajar yang terstruktur dengan ketat yang dibutuhkan untuk pengajaran langsung atau penggunaan kelompok-kelompok kecil secara seksama di dalam cooperative learning, lingkungan belajar dan sistem manajemen untuk pengajaran PBL ditandai oleh proses-proses demokrasi dan terbuka serta peran aktif siswa. faktanya, seluruh proses untuk membantu siswa agar dapat menjadi pembelajar mandiri dan self-regulated, yang meyakini kemampuan intelektualnya sendiri, membutuhkan keterlibatan aktif dan inquiry-oriented. 

    merencanakan PBL
    di tingkat paling fundamental, PBL ditandai oleh siswa yang bekerja berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk menginvestigasi masalah kehidupan nyata yang membingungkan. PBL, seeprti pendekatan pengajaran lainnya yang berpusat pada siswa, juga membutuhkan upaya perencanaan yang sama banyaknya atau bahkan lebih. perencanaan gurulah yang memfasilitasi perpindahan yang mulus dari satu fase ke fase lainnya. 
    perencanaan ini terdiri dari : memutuskan sasaran dan tujuan, merancang situasi yang bermasalah dan observasi lingkungan yang bermasalah (learning expeditions)

    melaksanakan pelajaran PBL
    siswa perlu memahami bahwa model PBL akan membantu mereka untuk melatih keterampilan investigais unutk menyelesaikan masalah serta menjadikan mereka pembelajar yang aktif, mandiri dan self-regulated. 
     adapun fase-fase dalam PBL diantaranya : 
    1. memberikan orinetasi tentang permasalahan pada siswa. seperti semua tipe pelajaran lainnya, guru seharusnya mengkomunikasikan dengan jelas maksud pelajarannya, membangun sikap positif terhadap pelajaran itu dan mendeskripsikan sesuatu yang diharapkan dilakukan oleh siswa.  Guru harus menjelaskan proses-proses dan prosedur secara terperinci. guru perlu menyodorkan situasi bermasalah dengan hati-hati atau memiliki prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi permasalahan. guru seharusnya menyuguhkan situasi bermasalah iut kepada siswa dengan semanarik mungkin sehingga mampu menyentuh ketertarikan dan memotivasi siswa untuk menyelidiki. 
    2. mengorganisasikan siswa untuk meneliti. PBL mengharuskan guru untuk mengembangkan keterampilan kolabirasi di antara siswa dan membantu mereka untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama. PBL juga mengharuskan guru untuk membantu siswa merencanakan tugas investigatif dan pelaporannya. 
    3. membantu investigasi mandiri dan kelompok. Guru mendorong siswa untuk  mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi. Maksudnya adalaha agar siswa mengumpulkan informasi yang cukup untuk menciptakan dan mengkonstruksikan ide-idenya sendiri. Guru seharusnya membantu siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan mereka seharusnya menyodorkan berbagai pertanyaan untuk membuat siswa memikirkan tentang permasalahan itu dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada solusiyang defensible (dapat dipertahankan).  Siswa akan perlu diajari tentang tata cara menjadi investigator aktif dan cara menggunakan metode-metode yang sesuia dengan permasalahan yang mereka teliti. Disepanjang investigasi, guru semestinya mmeberikan bantuan yang dibutuhkan tanpa bersifat intrusif.
    4. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti, laporan rekaman video, dan model-model dan membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain.
    5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan. Fase ini melibatkan kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri maupun keterampilan investigasi dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini, guru meminta siswa untuk merekonstruksikan pikiran dari kegiatan mereka selama berbagai fase pelajaran.

    C.      Pembelajaran Terbimbing (Guided Discovery)

Pembelajaran dengan penernuan (Discovery Learning) merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan. Ide pembelajaran penernuan (Discovery Learning) muncul dari keinginan untuk memberi rasa senang kepada anak/siswa dalam "menemukan" sesuatu oleh mereka sendiri dengan mengikuti jejak para ilmuwan. (Nur 2000).

Pembelajaran penernuan dibedakan menjadi 2, yaitu pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) atau sering disebut open ended discovery dan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) (UT 1997). Dalam pelaksanaannya, pembelajaran penernuan terbimbing (Guided Discovery Learning) lebih h banyak diterapkan, karena dengan petunjuk guru siswa akan bekerja lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun bimbingan guru bukanlah semacam resep yang harus dlikuti tetapi hanya merupakan arahan tentang prosedur kerja yang diperlukan.

Carin (1993) memberi petunjuk dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) sebagai berikut. a. Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa: (1) Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penernuan; (2) Menentukan lembar pengamatan data untuk siswa; (3) Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap; (4) Menentukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu atau secara berkelompok yang terdiri dari 2‑5 siswa; (5) Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa.
Blog dengan ID 33471 Tidak ada 
Untuk mencapai tujuan di atas Carin (1993) menyarankan hal‑hal di bawah ini: (1) Membantu siswa untuk memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan; (2) Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan; (3) Menjelaskan pada siswa tentang cara bekerja yang aman; (4) Mengamati setiap siswa selama mereka melakukan kegiatan; (5) Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat dan bahan yang digunakan; (6) Melakukan diskusi tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.

Berikut beberapa saran tambahan berdasarkan pada pendekatan penemuan dalam pengajaran (Nur 2000): (1) Mendorong siswa mengajukan dugaan awal dengan cara mengajukan pertanyaan membimbing; (2) Menggunakan bahan dan permainan yang bervariasi; (3) Menggunakan sejumlah contoh yang kontras atau memperlihatkan perbedaan yang nyata dengan materi ajar mengenai topik‑topik terkait; (4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mernuaskan keingintahuan mereka, meskipun mereka mengajukan gagasan‑gagasan yang tidak berhubungan langsung dengan pengajaran; (5) Menggunakan sejumlah contoh yang kontras atau memperlihatkan perbedaan yang nyata dengan materi ajar mengenai topik‑topik terkait.


fase-fase dalam guided discovery : 
No.
Tahap-tahap
Kegiatan  Guru
1.
Menjelaskan tujuan/mempersiapkan siswa
Menyampaikan tujuan  pembelajaran, memotivasi siswa  dengan mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan
2.
Orentasi siswa pada masalah
Menjelaskan masalah sederhana yang berkenan dengan materi pembelajaran
3.
Merumuskan hipotesis
Membimbing siswa merumuskan hipotesis sesuai permasalahan yang dikemukakan
4.
Melakukan kegiatan penemuan
Membimbing siswa melakukan kegiatan penemuan dengan mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi yang diperlukan
5.
Mempresentasikan hasil kegiatan penemuan
Membimbing siswa dalam menyajikan hasil kegiatan, merumuskan kesimpulan / menemukan  konsep
6.
Mengevaluasi kegiatan penemuan
Mengevaluasi langkah-langkah kegiatan yang telah dilakukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar